Oleh: Alya Dewi Pritania
Ada mata - mata yang begitu memikat, begitu mempesona
Sahabatku, saksikanlah
Dengan begitu, habis perkara
Mari terbuai bersama
Diiringi musik gamelan dari ayah
Diiringi kidungan indah dari bunda
Atas semasa hidup menghayati cinta budaya
Bukankah satu frasa cukup mewakilinya
Yang Termulia
Ah, aku rasa aku lupa
Para mata malam sudah biasa menyeruputnya
Hasil perjuangan yang mengharumkan sejarah
Tak lantas kita buang di halaman rumah
Hai, para mata, kita tinggal memilih
Jalan mana yang lebih jernih
Mari mencium tangan Bung Karno
Sembari memanjatkan hidup memohon Ridho
Jikalau Ia bertanya, sudah belajar apa
Sahutlah, hai para mata, hidup lebih lama!