FLP PRABUMULIH.OR.ID, Beberapa hari lalu saya ditelpon pemilik resto dan cafe terkenal di
kota saya. Menawarkan untuk saya dkk bisa mengisi standup comedy di
resto miliknya. Tapi, saya belum ada waktu yang tepat untuk memenuhinya
dan juga belum sempat mengkonfirmasinya. Bukan karena apa-apa atau
karena yang viral belakangan ini.
Ya, hari ini saya membaca
beberapa postingan yang lagi heboh terkait Joshua & Gee Pamungkas
komika cukup ternama di negeri ini. Yang nama pertama malah lebih dulu
terkenal dengan "diobok-oboknya". Tapi mereka berdua viral karena
negatifnya terutama bacotnya yang menghina Islam.
Saya tak habis
pikir, kejadian seperti ini selalu berulang-ulang, ingat dulu Ernest
trus Uus kan? Sepertinya permusuhan kita memang tak bisa berakhir dengan
terus menebar ranjau saling benci. Seperti tak ada celah rekonsiliasi
antara minoritas dan mayoritas. Dan generasi-generasi kita menonton
festival ini terus, lalu tertanam pula fikiran serupa dan terprovokasi.
Mekanisme pengulangan akan terjadi, karena systemnya sudah terbentuk.
Kalau sudah begini, siapa yang dirugikan? Kembali lagi umat islam yang
mayoritas. Walau sebenarnya mayoritas umat islam ini yang tidak islami.
Saya kasih contoh : Lihat saja dalam ajang penganugerahan (award) di tv,
saya selalu memperhatikan satu per satu bila ada sang pemenang yang
naik panggung non muslim. Ia pasti bangga dan tak luput menyebut,
mengagungkan agamanya atau Tuhannya.
Sebaliknya bila yang naik
panggung seorang muslim, belum tentu, bahkan hampir jarang yang bangga
pada agamanya. Itu bisa dilihat dari paragraf pertama kalimat yang ia
ucapkan. Memang ada yang ingat, namun banyaklah yang lupa, iya kan?
Bahwa benar agar islam tidak dilecehkan, kita harus tuntut sesuai hukum
yang berlaku. Tapi kita jangan sampai melupakan esensi sebenarnya. Kita
jangan hanya terpana, kesal semu lalu menggerutu bahkan sampai membenci
pelaku. Namun, kita melupakan tindakan konstruktif yang sejatinya bisa
kita lakukan.
Masa-masa sekarang ini, ajaran islam betul-betul
diusahakan oleh musuh islam sejauh-jauhnya. Kalau bisa generasi islam
mendatang cukup hanya mengenal ajaran Islam dari stigma yang dibangun
mereka. Yaitu teroris, ekstrimis, kuno tak beradab dan referensi keji
lainnya.
Daripada kita hanya sibuk menghabiskan waktu hidup untuk
ikut heboh di dalam skenario mereka. Lebih baik kita habiskan waktu
untuk terus mengasah talenta kita serta menjadikannya prestasi serta
karya terbaik hingga membawa maru'ah islam pada tataran tertinggi. Kita
habiskan waktu untuk mengislamkan yang mayoritas islam tadi. Dengan apa
saja yang kita bisa lakukan saat ini.
Yang ingin jadi komika,
jadilah komika yang membawa norma-norma positif, sampaikan kebaikan
dengan hiburan yang berisi. Tidak perlu mundur, lantaran sebagian besar
komika alirannya terbalik dengan kita. Cari dan warnai teman-teman agar
sevisi.
Anak muda yang ingin jadi atlet, olahragawan jadilah yang
berprestasi. Asahlah kemampuan sebaik-baiknya, ketika sampai dipuncak
podium dan meraih mendali emas, kabarkan pada mereka bahwa kau seorang
muslim sejati.
Begitu pula bila kau ingin jadi penulis, buatlah
tulisan dan buku-buku terbaik. Berkaryalah selagi hidup ini dengan karya
terbaikmu dan kelak bila kau dikenal banyak orang, pengaruhmu sudah
begitu besar, maka ajarkanlah, sampaikanlah bahwa kau seorang muslim
yang taat, jangan malu, kau harus bangga dengan keislamanmu.
Anak-anak muda yang suka buat film pendek, vlog, blog, animasi,
aplikasi, games dan sebagainya berkaryalah dengan karya terbaik. Ketika
kelak mayoritas termasuk yang minoritas menepuk pundakmu dan bangga
kepadamu, lalu sampaikanlah kebaikan ajaran agamamu dan kau bersyukur
menjadi muslim.
Bila kita pebisnis, kembangkanlah jangan pernah
berhenti dan menyerah, niatkanlah bisnismu bukan sekedar tuk mengalahkan
sesuatu. Tapi karena memang ingin membantu dan memberi solusi kepada
semua lapisan masyarakat, semua tanpa kecuali non muslim sekalipun.
Ketika kita sudah mendapatkan hati mayoritas, maka kemenangan besar
sudah dalam gengaman. Karena seperti itulah dulu mereka merebut semuanya
dari kita.
Dari sekarang kita didik anak-anak kita, adik-adik
kita, orang terdekat kita untuk mempelajari islam lebih dalam. Untuk
mengkaji bukan sekadar mengaji. Sudahilah perdebatan dan perselisihan
ummat saat ini, jangan dijadikan sarana menghujat tanpa berbuat. Karena
itu akan menambah citra dan alergi orang-orang islam yang awam.
Buatlah kesan islami yang menyenangkan dalam pergaulan sehari-hari kita.
Kesan islam ramah, murah senyum, santun, rajin bersedekah dan
akhlak-akhlak lainnya yang kita pelajari dalam qur'an dan sunnah selama
ini. Jadilah muslim yang berkualitas dipelbagai bidang, lalu
membanggakan islam itu sendiri. Dengan begitu musuh-musuh islam selama
ini hanya berhasil dalam rencana saja, tidak pada tujuan akhir. Tak apa
sekarang "diobok-obok airnya" asal generasi kelak mengalirkan kebaikkan
ke berbagai penjuru dunia. Karena memang islam adalah rahmat bagi
semesta alam. Wallahu'alam bishawab.
Fajar Kustiawan
Penulis, Ketua Forum Lingkar Pena Wilayah Sumsel
Penulis, Ketua Forum Lingkar Pena Wilayah Sumsel